Senin, 12 Januari 2009

Rindu yang habis di Buleleng

Cukup lama aku membendungnya, melewati hari - hari berat tanpa keceriaan dari "Sang Penyembuh Jiwa". Ini kali aku melihatnya dengan sangat jelas dan penuh kerinduan yang benar-benar dalam. Dia melontarkan berbagai kelincahan berbahasa yang membuat aku harus berpikir ulang ketika aku mengucapkan kalimat yang dengan mudah akan di sangkalnya.
Hari itu di Buleleng yang sangat dingin, Aku mulai menumpahkan apa yang selama ini menjadi beban kerinduan itu. Kita melewati pematang sawah dengan irama terasiring dan memandang jauh hamparan keindahan yang diciptakan Dewata, Air yang mengalir kecil diparit-parit seperti aliran lirih yang mengantarkan kasih sayang pada sebuah rindu. Jalanan yang terjal dan menanjak adalah bagian dari arah yang harus dilalui bersama dan mengantarkan kita pada perjuangan sebernarnya tentang hidup.
Lewat sebuah kotak teknologi yang bernama kamera kreatifitasmu mulai mengarahkanku untuk sedikit bersatu dengan alam lalu mengabadikan ekspresi kebahagiaanku kala itu..........hahaha...sungguh menakjubkan, tangganmu yang kecil sudah mampu menciptakan keindahan dalam karya. Aku bangga karena darahku mengalir padamu...."Thanks God!"
Sore yang tetap saja dingin tanpa kabut menjadi saat yang tepat untuk merebahkan diri pada tumpukan kapuk yang diselubungi kain lebar yang berwarna seperti kue lapis. Aku melihat kelelahan cepat mengajakmu untuk beristirahat, sebelumnya sebuah kata cinta menggebu terungkap dari bibir mungilmu," I Love You..., Aku bahagia... ". Lalu Aku balut tubuh kecilmu dengan selimut merah dan menambahnya dengan dekapan hangat penuh cinta.
Melihatmu tertidur pulas telah menciptakan air mata kesedihan bagiku. Begitu berlimpahnya pertanyaan yang harus aku jawab untuk diriku sendiri...Kenapa dikekerdilamu kamu sudah merasakan ketidak utuhan curahan kasih sayang?, Kenapa aku tidak bisa menemanimu setiap saat kamu membutuhkan?, Apakah aku sudah berlaku adil padamu dan menjadi sosok hebat bagimu?. Aku sedang berhutang berbagai macam hal padamu AL. Di Buleleng aku berjanji bawasannya aku akan memperjuangkan kebahagiaanmu terlebih dahulu sebelum aku menikmati segala kesenanganku."Kamu yang pertama, AL!".
Rindu ini telah habis di Buleleng dan akan menjadi rindu-rinduku yang lebih dalam. Di kemudian hari pasti ada hadiah kebahagian bagi kita berdua dan kita selalu menantinya dengan kesabaran. I Love You, AL!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar